Apakah DNA Bisa Membaca Tabir Takdir Manusia?

DNA (Deoxyribonucleic Acid) dipandang sebagai cetak biru biologis manusia dengan takdir hidup. DNA ini memengaruhi kecenderungan fisik, intelektual, dan emosional seseorang. Kemajuan ilmu genetika telah membawa manusia kepada pemahaman bahwa DNA memiliki peran penting. DNA dapat menentukan berbagai aspek potensi kecerdasan, risiko penyakit, hingga sifat kepribadian. Pertanyaan utama yang diajukan adalah sejauh mana DNA menentukan nasib manusia?
DNA sebagai Cetak Biru Biologis
DNA menyimpan informasi genetik yang menentukan karakteristik biologis makhluk hidup. Dalam konteks manusia, DNA membentuk dasar bagi pewarisan sifat seperti warna mata, golongan darah, hingga kecenderungan terhadap penyakit atau kemampuan kognitif.
Namun, sains modern pun mengakui bahwa DNA bukan satu-satunya penentu hidup. Lingkungan, pola asuh, pendidikan, dan spiritualitas sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan arah hidup seseorang.
Pandangan Islam tentang Takdir (Qadar)
Islam memandang bahwa segala sesuatu, termasuk sifat genetik manusia, telah ditentukan oleh Allah dalam ilmu-Nya yang azali. Ini disebut dengan qadar.
QS. Al-Qamar: 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)."
Dengan demikian, DNA sebagai sistem biologis adalah bagian dari qadar Allah. Namun, Islam tidak mengajarkan fatalisme. Manusia diberi akal dan kebebasan berusaha.
DNA dan Kesuksesan Hidup
Beberapa gen dikaitkan dengan kemampuan belajar, ketekunan, dan kreativitas. Namun Islam menegaskan bahwa kesuksesan adalah hasil dari usaha dan ridha Allah.
QS. An-Najm: 39–41
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ
"Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna."
Kesuksesan bukanlah turunan genetik semata, melainkan hasil sinergi antara potensi, usaha, dan keberkahan.
DNA dan Penyakit sebagai Ujian
Beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, dan thalassemia berhubungan dengan mutasi genetik. Islam memandang penyakit bukan sebagai kutukan, tetapi sebagai ujian dan sarana untuk kembali kepada Allah.
ما أنزل اللهُ داءً، إلا أنزل له شفاءً، علمه من علمه، وجهله من جهله
"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya. Ada yang mengetahuinya dan ada pula yang tidak."
(HR. Muslim)
Dengan demikian, meski DNA membawa risiko penyakit, Allah menyediakan obat dan manusia diperintahkan untuk berikhtiar.
DNA dan Religiusitas, Apakah Iman Diturunkan?
Beberapa ilmuwan mencoba mengaitkan religiusitas dengan ekspresi gen tertentu. Namun dalam Islam, keimanan adalah anugerah Allah dan hasil bimbingan serta pilihan manusia.
QS. Al-Baqarah: 2
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa."
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
كلُّ مولودٍ يُولَدُ على الفِطرةِ، فأبواهُ يُهوِّدانهِ أو يُنصِّرانِه أو يُمجِّسانِه
"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."
Fitrah (potensi spiritual) bukan hasil genetika, tetapi ditiupkan Allah dalam ruh manusia.
Penutup
DNA adalah bagian dari takdir Allah yang menentukan potensi biologis seseorang. Namun, Islam tidak membatasi nasib manusia hanya pada unsur genetik. Kesuksesan, kesehatan, dan keimanan ditentukan oleh kombinasi antara potensi genetik, usaha, lingkungan, dan kehendak Allah SWT. Dengan demikian, manusia tetap bertanggung jawab atas pilihannya dan diperintahkan untuk berikhtiar.
Penulis: H.S. Miharja, Ph.D
Tags :