Kartini Masa Kini, Solusi Bangsa

(PKPH, Bandung)--Tanggal 21 April adalah Hari Kartini, momentum untuk merenungi peran dan kontribusi perempuan dalam kemajuan bangsa. Dalam Islam, perempuan bukanlah makhluk sekunder, tetapi bagian integral dari peradaban. Islam memuliakan perempuan, memberi hak, dan mendorongnya berkontribusi aktif sebagai pemimpin, pejuang, dan solusi bagi umat.
Wanita Dalam Kepemimpinan Islam
Islam tidak menutup peluang bagi perempuan untuk memimpin, terutama dalam bidang sosial, pendidikan, dakwah, dan ekonomi. Selama itu dilakukan dengan adab, ilmu, dan tanggung jawab, maka kepemimpinan perempuan adalah amanah yang bisa melahirkan banyak kebaikan.
Contoh dari Aisyah RA, istri Rasulullah yang menjadi rujukan ilmu para sahabat dan tabi'in. Ia adalah pemimpin dalam bidang ilmu dan pendidikan umat.
Hadis tentang keilmuan Aisyah
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"خُذُوا نِصْفَ دِينِكُمْ عَنْ هَذِهِ الْحُمَيْرَاءِ"
(رواه الطبراني)
"Ambillah separuh agama kalian dari Humaira (Aisyah)." Ini menunjukkan bagaimana perempuan bisa menjadi pusat rujukan ilmu, yang menjadi bentuk kepemimpinan intelektual.
Wanita Pejuang dalam Islam
Sejarah Islam mencatat banyak perempuan yang ikut berjuang dalam fisik dan moral demi tegaknya Islam.
Contoh: Ummu ‘Imarah (Nusaibah binti Ka’ab) ikut berperang di medan Uhud. Khaulah binti Al-Azwar, pejuang gagah berani dalam Perang Yarmuk.
Rasulullah SAW pun menghargai perjuangan perempuan yang ikut andil dalam jihad dan tugas-tugas berat.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ"
(رواه أحمد وأبو داود)
"Sesungguhnya perempuan itu adalah saudara kandung laki-laki." (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Perempuan dan laki-laki sejajar dalam potensi dan peran, termasuk dalam perjuangan membangun masyarakat.
Wanita sebagai Solusi Bangsa
Perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anak, dan dari rahimnya lahir para pemimpin masa depan. Islam memberikan penghargaan tinggi pada peran domestik dan sosial perempuan sebagai pembangun peradaban.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"الْأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا، أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ"
(مأثور أدبي)
"Ibu adalah madrasah. Bila engkau siapkan ia dengan baik, maka engkau telah menyiapkan bangsa yang luhur akarnya." Maknanya sangat selaras dengan semangat Islam, memuliakan peran ibu dan perempuan.
Rasulullah juga mengangkat derajat perempuan dalam sabdanya:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَنْ وُلِدَتْ لَهُ أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهَا، وَلَمْ يُهِنْهَا، وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهَا، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ"
"Siapa yang dikaruniai anak perempuan, lalu tidak menguburnya hidup-hidup, tidak menghinakannya, dan tidak mengutamakan anak laki-laki di atasnya, maka Allah akan memasukkannya ke surga." (HR. Ahmad)
Penutup
Perempuan dalam Islam adalah bagian dari kepemimpinan, pejuang solusi bagi bangsa. Merayakan Hari Kartini bukan hanya dengan busana adat, tetapi dengan komitmen membangun generasi Kartini baru yang cerdas, beriman, dan berdaya. Kartini masa kini bukan hanya bicara hak, tapi juga tanggung jawab. Bukan hanya meminta ruang, tapi siap mengisi ruang itu dengan kontribusi terbaik untuk agama dan bangsa.
Penulis: H.S. Miharja, Ph.D
Tags :