Refleksi Satu Abad Lebih Perjalanan Mathla’ul Anwar, Cahaya Yang Terus Menyala

Di usia lebih dari satu abad, Mathla’ul Anwar (MA) tidak hanya layak dikenang, tetapi juga direnungkan. Sebagai organisasi Islam yang lahir dari rahim sejarah perjuangan umat di Banten, Mathla’ul Anwar hadir bukan karena kebetulan, tetapi karena panggilan zaman: menghadirkan cahaya di tengah gelapnya kebodohan dan keterjajahan.
Awal Mula dari Tanah Perlawanan
Didirikan pada tahun 1916 oleh tiga ulama pembaru: KH Mas Abdurrahman, KH Tb. Muhammad Yasin, dan KH Mas Syuja’i, Mathla’ul Anwar tumbuh dari kesadaran bahwa umat Islam, khususnya di Banten, membutuhkan sistem pendidikan Islam yang lebih terstruktur, modern, dan responsif terhadap tantangan zaman.
Mereka memulai dari Menes dengan mendirikan Madrasah Modern pertama di Indonesia, sebagai bentuk konkret reformasi pendidikan yang berbasis pada ilmu agama dan pembentukan karakter. Dari madrasah itu, semangat perubahan menyebar, melahirkan jaringan lembaga pendidikan yang terhubung secara ideologis dan organisatoris.
Bukan Hanya Pendidikan, Tapi Peradaban
Mathla’ul Anwar sejak awal bukan hanya lembaga pendidikan, tapi sebuah gerakan. Ia membangun manusia, menyadarkan umat, dan memperjuangkan harkat masyarakat melalui ilmu. Pendidikan dijadikan alat untuk mencetak ulama, pendidik, dan pemimpin yang berakhlak dan berdaya.
Tak heran jika Mathla’ul Anwar ikut terlibat dalam perjuangan kemerdekaan. Banyak tokoh dan santri yang turut mengambil bagian dalam mengusir penjajah dan membangun negeri. Sejarah mencatat bahwa organisasi ini hadir dalam berbagai fase penting bangsa, dari era kolonial, revolusi kemerdekaan, hingga reformasi.
Bertransformasi, Tapi Tetap Berakar
Hingga kini, Mathla’ul Anwar mengelola ribuan satuan pendidikan, dari RA, MI, MTs, MA, hingga perguruan tinggi. Namun tantangan ke depan tidaklah ringan. Di era digital dan globalisasi, kita harus mampu menjaga identitas keislaman dan ke-Indonesiaan sembari terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Organisasi harus terus melakukan konsolidasi, kaderisasi, dan inovasi. Sumber daya manusia, tata kelola, hingga kurikulum pendidikan perlu terus diperkuat agar Mathla’ul Anwar tetap menjadi rujukan umat dan tetap dipercaya masyarakat.
Cahaya Itu Terus Menyala
Peringatan milad ini adalah momen menyegarkan semangat. Ini bukan hanya tentang nostalgia masa lalu, tetapi tentang merumuskan masa depan. Warisan perjuangan para pendiri adalah amanah yang harus dijaga, dikembangkan, dan dilanjutkan oleh kita semua pengurus, guru, alumni, santri, dan seluruh simpatisan Mathla’ul Anwar.
Mari kita jaga nyala cahaya itu. Agar Mathla’ul Anwar tetap menjadi “tempat terbitnya cahaya” bagi umat, bangsa, dan dunia Islam, kini dan nanti.
Penulis: H. Sugandi Miharja, Ph.D
Tags :